Januari 17, 2019

usai

suara jangkrik terlalu keras hingga bisa menutupi suara sebuah hati yang patah. bahkan tangisanku malam itu terlalu lemah terdengar. tak ada yang pernah sadar tentang tragedi malam itu. dimana aku yang awalnya meyakini jadi terhempas dalam lautan kecewa. haruskah aku percaya untuk kali kedua? 

disisi lain, ada yang akhirnya lega setelah melepas segala gundah. akhirnya tak perlu lagi beradu argumen dengan yang berkuasa. akhirnya merasa ringan walau terdapat luka. seolah melupakan bahwa dia akan melukai sang tercinta.

bukannya tak lagi setia atau bahkan sudah merasa tak ingin lagi mendua. hanya saja keadaan sudah menentang. sesempurna apapun rencana, jika alam sudah mengatakan 'tidak' maka kita bisa apa?

'ku janjikan masa depan, tapi aku pula yang mengambilnya.' katanya. tidak. tidak ada yang mengambilnya, tidak ada pula yang menjanjikan. kau lupa aku bahkan tak menjawab. bukannya hanya untuk membuatmu tetap berangan. tapi aku hanya tak berani terlalu positif dengan masa depan. karena aku percaya bahwa masa depan masih bisa kita rubah. mau bagaimanapun kita menyusunnya.

aku sudah beberapa kali dikejutkan oleh harapan. karenanya aku tak pernah bisa berteman baik dengan dia. kau faham sekarang? mengapa aku tak menjawab? aku hanya takut kembali terbuai oleh harapan. 

18 desember pukul sekian kau akhirnya menjelaskan. kenapa begini kenapa begitu kenapa kenapa kenapa. aku hanya mendengar dan mulai merasa setelah ini tiada lagi 'kita'. tahun lalu di hari yang sama kau menenangkan ku yg sedang terisak-sekarang kamu alasannya.


terimakasih atas waktunya,terimakasih atas kenangannya. semoga kita bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar